Sabtu, 10 Maret 2012

Mengetahui lebih dalam makna Dzikir

Dzikir berarti mengingat, menyebut, mengucapkan,mengagungkan, dan mensucikan. Maksudnya mengingat, menyebut, mengucapkan, mengagungkan, dan mensucikan Allah dengan mengulang-ulang salah satu namanya atau kalimat keagungannya. Dzikir yang hakiki ialah sebuah keadaan spiritual dimana seorang yang mengingat Allah (zikir)  memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa beersatu dengan Yang Maha Mutlak.
Dzikir merupakan praktik sekaligus keadaan esoteris ( rahasia,rasa). sebagai keadaan esoteris dzikir mengandung paradoks, karena sekalipun dzikir berarti ingat tapi pengalaman puncak yang dituju praktik dzkir merupakan lupa segalanya kecuali Allah, segenap perhatian tercurah kepada menyebut nama Alah,  segalanya hilang dari orbit persepsi dan imajinasi.
Dzikir di alami pada banyak tataran .Pada tataran yang paling luar, dzikir merupakan penyebutan nama Allah secara berulang-ulang. Ini pada dasarnya merupakan praktik mekanisme yang dilakukan dengan bersuara, menyebut atau membaca bacaan suci atau nama suci dengan tidak bersuara, perhatian kepda nama suci tanpa mengucapkan nama itu.
Penyebutan nama Allah secara berulang-ulang yang bersifat mekanis ini menciptakan saluran dalam hati wahana kesadaran yang sifatnya esoteris. Saluran ini merupakan antesis saluran-saluran yang diciptakan pikiran mekanis dalam benak.
Kalau terus menerus melakukan praktik dzikir kita tak akan menaruh perhatian pada proses berpikir yang tak ada ujung pangkalnya dan kita akan memusatkan perhatian kepada suatu titik. Kaum Sufi, kata jalaludin, membuat bersih dan cemerlang dada mereka dengan berdzikir dan merenung, sehingga cermin hati dapat menerima citra-citra suci dalam alam ghaib.
momen sebelum adanya waktu, makhluk yang lain ketika jiwa-jiwa manusia berada dalam dekapan totalitas eksistensi yang meliputi segalanya tak ada perbedaan dan batas. dalam pengertian kaum sufi memandang dzikir adlah pertama Firman Allah kepada umat manusia, ini diperkuat oleh ayat yang menyebutkan hubungan awal manusia dengan Allah:

" Dan (ingatlah ) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari bani Adam keturunannya dari sulbinya,Dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya sendiri 
( atas pertanyaan), Bukankah Aku Tuhanmu?
mereka menjawa, Ya
(yang demikian itu) supaya jangan kamu berkata dihari kiamat kami tiada mengetahui hal ini" ( Al-A'raf / 7 : 172).

Ayat ini bagi kamu Sufi bersifat universal dan abadi, dan dikenal sebagai " Hari Perjanjian "(yaum al-mitsaq). Dalam perjanjian ini terbentuk hubungan antara Allah dan manusia, sebagai hubungan yang dibangun diatas fondasi penerimaan keTuhanan (rububiyah) dan dan perhambaan (ubudiyah), dan juga pengalaman dekat dengan Allah.
Tujuan kehidupan hanyalah kembali ke awal,kembali ke fajar dan sumber eksistensi,kembali pulang. Bagi kaum Sufi tujuannya adalah kembali kepada keadaan ketika dirinya belum menjadi makhluk.
Ruwaim Abu Muhammad, seorang SufiBaghdah abad ke-9 dar lingkaran al-Junaid mengikhtisarkan :

"Orang mendengar dzikir awal mereka ketika Allah berkata kepada mereka : Bukankah Aku Tuhanmu? dzikir ini terpendam dalam hati mereka, sedangkan pembenaran mereka (bahwa Allah adalah Tuhan) terpendam akal mereka, Maka ketika mereka mendengar (praktik) dzikir segala yang terpendam dalam hati mereka mencuat ke permukaan, dan mereka menjadi senang. Sementara itu segala yang terpendam dalam akal mereka mencuat ke permukaan ketika Allah mengatakan kepada mereka (bahwa Dia adalah Tuhan) dan merekapun percaya". 

Dzikir itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti zikir jahar (mengingat Allah dengan bersuara), zikir khafi (mengingat Allah dengan lidah ), zikir nafs ( mengingat Allah tanpa suara, tetapi dengan gerakan dan perasaan bathin ), zikir Qalb ( mengingat Allah dengan hati ketika merenungkan keindahan dan keagungan Allah dalam relung hati ), zikir Sirr ( mengingat Allah dalam hati paling dalam ketika tersingkap berbagai misteri ilahi ), dan zikrullah ( mengingat Allah melalui salah satu namaNya atau FirmanNya ).
Dzikrullah yang sempurna, dimana Allah menjadi penglihatan, pendengaran, pembicaraan, dan pemahaman sang zakir, dicapai bila setiap atom dalam diri sang zakir terserap dan lenyap dalam mendengar Allah.
Perlunya dzikir dan keutamaanya dijelaskan dalam Al-Quran :

"Maka ingatlah Aku,Aku akan ingat kepadamu" ( Al-Baqarah / 2:152 )

"Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu, Denhgan rendah hati dan takut, Dan tanpa mengeraskan suara pagi dan petang. Janganlah masuk golongan orang yang lalai" ( Al-Ahzab / 33 : 35 )


"Sungguh, shalat membuat orang berbuat keji dan mungkar. Dan mengingat Allah adalah yang paling penting ( dalam kehidupan )" ( Al-Ankabut / 29 : 45 )


Selain itu perlunya dzikir dan keutamaannya juga dijelaskan dalam sejumlah Hadist :


"Rasulullah berdzikir kepada Allah setiap saat" ( HR Bukhari )


"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir bagaikan perbedaan antara orang hidup dan orang mati" (HR Muslim ) 


"Allah berkata : (Aku selalu mengikuti sangkaan hambaku dan Aku selalu menyertainya jika ia berdzikir kepadaku. Jika ia berdzikir kepadaku didalam hatinya maka Aku akan mengingatnya dalam hatiku, jika ia berdzkir kepadaku didalam suatu majelis maka Aku akan mengingat ia didalam kelompok yang lebih baik dari pada kelompok itu" ( HR Bukhari dan Muslim )